Minggu, 25 Juli 2010

SAATNYA MELINDUNGI PEREMPUAN DARI BAHAYA ROKOK

Konsumsi rokok dan tembakau merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya tidak menular seperti kardiovaskuler, stroke, penyakit obstruktif kronik, kanker paru, kanker mulut dan kelainan kehamilan. Penyakit-penyakit tersebut saat ini merupakan penyebab kematian di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut Badan kesehatan Dunia (WHO) rokok adalah pembunuh yang akrab di tengah-tengah masyarkat. Setiap detik orang meninggal akibat merokok. Rokok juga membunuh separuh dari masa hidup perokok, dan separuh perokok mati pada usia 35 sampai dengan 69 tahun.

Data epidemi tembakau di dunia menunjukkan tembakau membunuh lebih dari lima juta orang setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut terus maka diproyeksikan akan terjadi 10 juta kematian pada tahun 2020, dengan 70% kematian terjadi di negara sedang berkembang. Global Youth Survey (GYTS) Indonesia tahun 2006 melaporkan lebih dari 1/3 (37,3%) pelajar biasa merokok, anak laki-laki lebih tinggi dari perempuan, yaitu pada anak laki-laki sebesar 61,3% sedangkan pada anak perempuan sebesar 15,5%.

Separuh lebih (57 persen) rumah tangga di Indonesia mempunyai sedikitnya satu perokok, dan hampir semua perokok (91,8 persen) merokok di rumah. Berdasarkan data hasil survey cepat PHBS Kabupaten Lombok Tengah (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada tatanan Rumah tangga selama 3 tahun terakhir menunjukaan persentase rumah tangga merokok di dalam rumah mengalami penurunan yaitu 68,65 (2007), 62,32 (2008) dan 61,16 (2009).

Pada sebatang rokok yang dibakar terkandung lebih dari 4.000 senyawa kimia, 43 diantaranya bersifat karsinogen (penyebab Kanker) pada manusia dan mengandung nikotin yang bersifat adiktif. Tidak ada kadar paparan minimal terhadap asap tembakau yang "aman". Seseorang bukan perokok yang menikah dengan perokok mempunyai risiko kanker paru sebesar 20 sampai 30 persen, dan mempunyai risiko terkena penyakit jantung. Asap rokok yang dihisap ke dalam paru-paru oleh perokoknya disebut asap rokok utama (main stream smoke), sedang asap yang berasal dari ujung rokok yang terbakar disebut asap rokok sampingan (side stream smoke) yang 3 kali lebih berbahaya dari asap rokok utama yang dihisap oleh perokok.

Selain menyebabkan gangguan kesehatan, tembakau/ rokok juga menyebabkan kerugian ekonomi, di tingkat rumah tangga maupun masyarakat. Di Indonesia kerugian ekonomi akibat tembakau/ rokok diperkirakan jauh lebih tinggi dibanding penerimaan negara dari pertanian tembakau dan industri rokok.

Berbagai upaya pengendalian tembakau dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat, salah satunya adalah dengan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di berbagai daerah melalui PERWALI/PERBUP/PERDA. Sampai saat ini telah teridentifikasi 18 Kab/kota telah mulai menerapkan kebijakan kawasan tanpa rokok. Salah satu daerah yg telah berhasil menerapkan kawasan tanpa asap rokok adalah Kota Padang Panjang, dimana KTR di terapkan di 7 tempat yaitu sekolah, tempat ibadah, sarana kesehatan, tempat kerja, angkutan umum, tempat rekreasi dan tempat kegiatan proses belajar mengajar, serta pelarangan iklan , promosi maupun sponshorship rokok di dalam kota.

Selain itu Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menyusun sebuah Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian Dampak Tembakau bagi Kesehatan sebagai tindak lanjut dari Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 113 – 116 yang mengatur tentang zat adiktif, dimana di dalamnya diatur tentang pembatasan iklan rokok, KTR dan sanksi-sanksi. Dengan berbagai upaya tersebut diharapkan nantinya masalah tembakau dapat kita atasi dan masyarakat terlindungi kesehatannya dari paparan bahaya asap rokok.

Tema Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2010 yang dicanangkan oleh “World Health Organization”adalah "Gender and Tobacco with an Emphasis on Marketing to Women”. Tema ini berkaitan dengan salah satu upaya global dalam pengendalian masalah tembakau yang bertujuan menurunkan jumlah perokok dan melindungi kesehatan masyarakat terutama kelompok berisiko (anak-anak dan wanita) dari bahaya asap rokok, melalui :

• Penerapan Kawasan Tanpa Asap Rokok.

• Peringatan bergambar pada bungkus rokok.

• Pelarangan terhadap iklan,promosi dan sponsorship rokok.

• Menaikkan pajak/cukai rokok.

Tema nasional Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2010, sesuai dengan tema dunia, adalah “Gender dan Rokok dengan penekanan pemasaran pada perempuan”. Tema ini ditetapkan untuk meningkatkan perlindungan kesehatan bagi masyarakat khususnya kaum perempuan dari bahaya rokok melalui upaya pengendalian tembakau.

(Sumber : SDM Kesehatan, 2010 diposting Bagus)

Sabtu, 24 Juli 2010

Pundi Amal SCTV Hadir di Kabupaten Lombok Tengah


Sejak hari Kamis yang lalu (22 Juli 2010), Tim Pundi Amal SCTV hadir di Kabupaten Lombok Tengah. Ada 2 kegiatan amal yang dilaksanakan yaitu Peletakan batu pertama pembangunan MCK di Desa Sukaraja dan Semayan serta Operasi Hernia gratis bagi masyarakat yang tidak mampu. Operasi Hernia sendiri berlangsung sampai tanggal 30 Juli 2010 dengan target penderita 50 orang. Sambutan masyarakat terutama di Desa Sukaraja begitu meriah apalagi kunjungan tim Pundi Amal SCTV di sertai artis sinetron SCTV.

Selasa, 20 Juli 2010

BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN NOL (BAB-SANO)


Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Hasil studi Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP) tahun 2006, menunjukkan 47% masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka.

Studi Basic Human Services (BHS) di Indonesia tahun 2006 terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi 47,50 % dari air tersebut masih mengandung Eschericia coli. Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di Indonesia. Hal ini terlihat dari angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52.

Kondisi seperti ini dapat dikendalikan melalui intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Hal ini dibuktikan melalui hasil studi WHO tahun 2007, yaitu kejadian diare menurun 32% dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar, 45% dengan perilaku mencuci tangan pakai sabun, dan 39% perilaku pengelolaan air minum yang aman di rumah tangga. Sedangkan dengan mengintegrasikan ketiga perilaku intervensi tersebut, kejadian diare menurun sebesar 94%.

Pemerintah telah memberikan perhatian di bidang hygiene dan sanitasi dengan menetapkan Open Defecation Free / buang air besar sembarangan nol (BASA NO) dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada tahun 2009 dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 - 2009. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses.

Untuk mempercepat salah satu pencapaian target MDGs tahun 2015 dibuatlah kebijakan nasional yaitu sanitasi total berbasis masyarakat (STBM). STBM adalah pendekatan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Ada 5 (lima) komponen STBM. Kelima komponen STBM yang dimaksud adalah; tidak buang air besar sembarangan (BASA NO); mencuci tangan pakai sabun; mengelola air minum dan makanan yang aman; mengelola sampah dengan benar; dan mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.

Kabupaten Lombok Tengah telah menerapkan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM). Dua dari 5 (lima) komponen STBM yang menjadi prioritas yaitu cuci tangan pakai sabun dan open defecation free (ODF) / buang air besar semabarangan nol (BASA NO). Pada tahun 2009 telah dilakukan pemicuan STBM sebanyak 27 lokasi (desa) di 5 kecamatan yang mencakup 10 puskesmas. Hasil dari pemicuan tersebut berdampak terhadap peningkatan jumlah sarana sanitasi yaitu sebanyak 246 Jamban dari 19.310 jamban yang ada sebelum dilakukan pemicuan. Selain itu terjadi perubahan perilaku dari kebiasaan BAB disembarang tempat menjadi BAB di jamban. Hal ini dapat terlihat dari data akses masyarakat terhadap sarana sanitasi setelah pemicuan yaitu terjadi peningkatan sebanyak 338 KK dari 25.550 KK yang sudah akses sebelumnya.

Desa Sukaraje dan Gemel mendapat predikat desa BASA NO (buang air besar sembarangan nol) / ODF (open defecation free). Kriteria BASA NO diberikan pada 2 desa tersebut karena setiap individu / penduduk dan komunitas desa tersebut mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar sehingga dapat mewujudkan komunitas yang bebas dari buang air disembarang tempat. Predikat BASA NO diperoleh karena partisipasi masyarakat yang begitu tinggi dalam meningkatkan ketersedian sarana sanitasi secara mandiri. Dengan BASA NO dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, produktifitas dan kualitas hidup masyarakat sehingga mampu menurunkan penyakit berbasis lingkungan (Promkes Loteng).

HARI MALARIA SEDUNIA KE-3, 25 APRIL 2010



Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia.
Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka kematian ibu hamil, bayi dan balita. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan lebih dari 1.000.000 orang meninggal dunia. Kasus terbanyak terdapat di Afrika dan beberapa negara Asia termasuk Indonesia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa bagian negara Eropa.

Indonesia sampai tahun 2009 ditemukan sekitar 80% Kabupaten/Kota masih termasuk katagori endemis malaria dan sekitar 45% penduduk bertempat tinggal di daerah yang berisiko tertular malaria.Sementara jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2009 sebanyak 1.143.024 orang. Jumlah ini mungkin lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya karena lokasi yang endemis malaria adalah desa-desa yang terpencil dengan sarana transportasi yang sulit dan akses pelayanan kesehatan yang rendah.

Kabapaten Lombok Tengah merupakan daerah endemis rendah malaria. Selama tahun 2005-2009 angka kejadian malaria / annual malaria incidence (API) berfluktuasi dengan trend menurun mulai dari 0,8‰ (2005), 0,5‰ (2006), 0,5‰ (2007), 0,47‰ (2008) dan 0,41‰ (2009). Penurunan angka kejadian malaria di Kabupaten Lombok Tengah kurang dar 1 per 1000 penduduk sangat sesuai dengan sasaran strategis Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009-2014 yaitu menurunkan angka kejadian malaria dari 2 per 1000 penduduk menjadi 1 per 1000 penduduk.

Sebaran malaria dibedakan menjadi daerah non endemis dan endemis. Daerah dikatakan non endemis bila di daerah itu tidak terdapat penularan malaria atau angka kejadian malaria (Annual Parasite Incident = API ) nol.) Sedangkan daerah endemis malaria dibedakan menjadi endemis tinggi, endemis sedang dan endemis rendah. Dikatakan endemis tinggi bila API-nya lebih besar dari 50 per 1.000 penduduk. Endemis Sedang bila API-nya berkisar antara 1 sampai kurang dari 50 per 1.000 penduduk. Endemis rendah bila API-nya 0 - 1 per 1.000.

Pada pertemuan WHA ke-60 tanggal 18-23 Mei 2007 telah disepakati komitmen global tentang eliminasi malaria setiap negara dan merekomendasikan bagi negara-negara yang endemis malaria memperingati Hari Malaria Sedunia setiap tanggal 25 April. Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dalam menuju eliminasi malaria serta meningkatkan kepedulian dan peran aktif masyarakat dalam penanggulangan dan pencegahan malaria.

Tahun ini merupakan tahun ketiga peringatan Hari Malaria Sedunia dengan tema ”BERSAMA KITA BERANTAS MALARIA”. Tujuannya untuk meningkatkan kemitraan dalam mencapai eliminasi malaria di Indonesia. Selain itu juga untuk meningkatnya kesadaran para mitra untuk berperan aktif dalam eliminasi malaria, meningkatnya komitmen para penentu kebijakan di Pusat dan Daerah untuk melakukan eliminasi malaria, serta meningkatnya kemitraan dalam kegiatan eliminasi malaria.

Peringatan Hari Malaria Sedunia (HMS) tahun 2010 diharapkan dapat lebih meningkatkan advokasi, edukasi dan sosialisasi kepada semua stakeholder dan masyarakat sehingga eliminasi malaria dapat segera dicapai. Mengingat malaria merupakan masalah yang komplek terkait dengan aspek penyebab penyakit (parasit), lingkungan (fisik dan biologis) dan nyamuk sebagai vektor penular maka eliminasi malaria harus dilaksanakan secara bersama dengan para mitra terkait dan menjadi bagian integral dari pembangunan nasional.

Upaya Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah dalam program pengendalian malaria yaitu melalui diagnosa segera dan pengobatan tepat (early diagnose and prompt treatment). Diagnosa Malaria harus terkonfirmasi mikroskop atau rapid diagnostic test (RDT). Diagnosa dapat dilakukan pada semua tingkat layanan kesehatan seperti puskesmas pembantu dan puskesmas. Selain itu, untuk menjaring penderita malaria dilakukan melalui kegiatan screening pada ibu hamil dan melakukan pemeriksaan darah secara massa / mass blood survey (MBS). Pengobatan malaria positip menggunakan Artemisinin Combination Therapy. Obat ini tersedia di semua puskesmas.

Pencegahan penularan malaria dapat dilakukan dengan penggunaan kelambu (Long Lasting Insecticidal Net). Tujuan penggunaan kelambu berinsektisida selain untuk menghindari gigitan nyamuk, juga berfungsi untuk membunuh nyamuk jika menempel di kelambu tersebut. Selama Maret 2009 sampai dengan Februari 2010 Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah telah mendistribusikan 36.900 buah kelambu berinsektisida. Distribusi kelambu tersebut diperuntukkan terutama daerah endimis tinggi malaria, ibu hamil dan balita. Ibu Hamil dan balita merupakan populasi yang paling rentan apabila terinfeksi malaria.

Penanggulangan malaria dilakukan melaui penyemprotan rumah. Penyemprotan rumah bertujuan untuk membunuh nyamuk Anopheles sebagai vektor malaria apabila hinggap di dinding rumah. Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah melaksanakan penyemprotan rumah di 5 (lima) desa dengan jumlah rumah yang terlindungi sebanyak 4000 buah rumah. Selain penggunaan kelambu dan penyemprotan rumah, pencegahan malaria dapat dilakuakan dengan penggunaan repellent, penggunaan obat nyamuk dan lain sebagainya.

Penangulangan masalah malaria harus melibatkan semua komponen masyarakat. Penanggulangan tersebut dapat melalui kerjasama lintas sektor dalam forum gebrak malaria dan memperkuat desa siaga dengan pembentukan pos malaria desa (Posmaldes). Pemberdayaan masyarakat diperlukan untuk mengatasi malaria dengan memobilisasi potensi kemandirian masyarakat untuk menanggulangi masalah malaria seperti gerakan pembrantasan sarang nyamuk (PSN), pengadaan kelambu berinsektisida melalui arisan warga, dan adanya aturan lokal yang mendukung gerakan PSN.

Peringatan Hari Malaria Seduania ke-3 diperingati dengan upacara bendera di halaman kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah. Acara tersebut dihadiri oleh Kepala Dinas beserta jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah. Dalam upacara peringatan hari malaria sedunia dibacakan sambutan dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Kementrian Kesehatan menekankan pentingya kemitraan dalam mencapai eliminasi malaria di Indonesia (Promkes Loteng).


HARI KESEHATAN SEDUNIA KE-62 DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH


Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030, 6 dari 10 orang akan menjadi penghuni daerah perkotaan, dan akan meningkat menjadi 7 dari 10 orang di tahun 2050. Untuk Indonesia, pada tahun 2009, lebih dari 43 % penduduk Indonesia tinggal di wilayah perkotaan, dan menurut prediksi pada tahun 2025 lebih dari 60% populasi akan tinggal di pusat kota. Sebagai akibatnya, pemerintah kota menghadapai tantangan besar. Keberhasilasan menghadapi laju pertumbuhan penduduk hidup di perkotaan akibat urbanisasi sangatlah penting bagi kelangsungan Indonesia, dan juga pertumbuhan ekonomi seta pengurangan kemiskinan.

Menurut data Word Bank (2002) dinyatakan bahwa pada tahun 1999 lima dari 9 kota di Indonesia termasuk miskin, dalam dekade berikutnya urbanisasi akan membawa masyarakat menuju daerah kumuh perkotaan. Berdasarkan hal tersebut maka WHO mengangkat tema Hari Kesehatan Sedunia (HKS) ke-62 yang diperingati tanggal 7 April 2010 yaitu “Urbaization and Health dengan kesepakatan tema nasional “Kota Sehat, Warga Sehat”. Makna tema tersebut untuk mengingatkan kepada kita tentang dampak urbanisasi terhadap kesehatan baik secara global maupun individual. Tema tersebut sesuai dengan kebijakan Kota Sehat yang telah berjalan di Indonesia.

Slogan HKS tahun 2010 adalah “1000 Kota, 1000 Kehidupan”. 1000 kota memiliki makna suatu ajakan/motivasi agar lebih dari 1000 kota berikut pimpinannya berpartisipasi dalam kegiatan HKS Ke-62. Melalui peringtan HKS ke-62 diperoleh suatu kesepakatan menjamin adanya kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Semakin banyak sektor berkemauan, bertanggung jawab dan kepmimpinan untuk melakukan kegiatan kesehatan di perkotaan maka akan meningkat kualitas hidup warganya dan lingkunganya, menarik investasi dan dapat mengakibatkan pembangunan berkelanjutan

1000 Kehidupan mempunyai makna adanya penggerak yang melakukan aktivitas meningkatkan kesehatan di lingkungan kehidupannya. Penggerak tersebut berhasil melobi untuk perubahan kebijakan, meningkatkan lingkungan hidup atau membangun kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kesehatannya.

Ada 10 pesan utama dalam peringatan HKS tahun ini yaitu; hari bebas kendaraan bermotor (car free day), gerakan 1 orang menanam 1 pohon, gerakan pasar sehat, kelola sampah dengan baik, perluas kawasan tanpa rokok, beri ruang gerak untuk pejalan kaki, perbanyak taman untuk paru-paru kota, memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat, menjamin ketersediaan sayur dan buah dengan harga terjangkau serta tata pemukiman yang bersih dan sehat.

Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah ikut berpartispasi dalam peringatan hari Kesehatan Sedunia Ke-62. Tema yang diangkat adalah Kota Sehat, Warga Sehat dengan pesan utama perbanyak taman untuk paru-paru kota. Pesan tersebut mengajak pemerintah, swasta dan masyarakat untuk memperbanyak taman di setiap halaman. Fungsi taman adalah untuk mempercantik suatu kawasan sehingga keliatan teduh, sejuk, nyaman dan indah. Selain itu kehadiaran taman berperan dalam memproduksi oksigen. Oksigen sangat dibutuhkan oleh kelangsungan mahluk hidup. Pesan utama perbanyak taman untuk paru-paru kota sangat sesuai dengan kebijakan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah untuk mempertahankan penghargaan Adipura bagi kota Praya.

Peringatan hari kesehatan sedunia ke-62 diperingati dengan upacara bendera di halaman kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah. Acara tersebut dihadiri beberapa Kepala SKPD di lingkup Kabupaten Lombok Tengah dan jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah. Dalam upacara peringatan hari kesehatan dunia dibaca sambutan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia oleh Bapak Sekertaris Daerah Kabupaten Lombok Tengah. Setelah selesai upacara peringatan HKS diberikan penghargaan kepada 2 (dua) desa yang mencapai open defecation free (ODF) atau buang air besar sembarangan nol (BASA NO) yaitu Desa Sukaraje Dan Desa Gemel.

Beberapa program yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah untuk mendukung kota sehat diantaranya sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) serta inisiasi kawasan tanpa rokok (KTR) di institusi pendikan. Untuk inisiasi kawasan tanpa rokok telah dilakukan pertemuan sosialisasi risiko asap rokok bagi guru SLTP dan SLTA.